Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) UNHAS menggelar Training Course on Coral Reef Restoration & Marine Ranching Techniques pada Rabu, 18 Juni 2025, bertempat di Ruang Sidang Lt. 2 FIKP UNHAS. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 13.00 hingga 17.30 WITA dan diikuti oleh dosen, tamu undangan, warga Pulau Bonetambung dan mahasiswa.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Dekan FIKP UNHAS, Prof. Safruddin, S.Pi., M.P., Ph.D., yang menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu agenda yang merupakan bagian dari proyek kerja sama internasional yang telah terbangun sejak 2022 bersama Shanghai Ocean University (SHOU) dan Guandong Ocean University (GDOU). Proyek ini bertujuan mendukung konservasi laut dan pengembangan perikanan berkelanjutan. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang kelautan dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan degradasi ekosistem laut.

Sesi pertama menghadirkan Prof. Zhang Shuo dari SHOU sebagai narasumber dengan moderator Jamaluddin Fitrah Alam, Ph.D. Dalam pemaparannya, Prof. Zhang menjelaskan konsep dasar dan pendekatan restorasi ekologi terumbu karang sebagai upaya memulihkan fungsi ekologis serta produktivitas habitat laut yang rusak. Ia memaparkan tahapan restorasi yang mencakup survei awal, penilaian kelayakan, penyusunan rencana teknis, implementasi, monitoring, dan pengelolaan berkelanjutan. Penilaian kelayakan menitikberatkan pada kondisi lingkungan, kualitas air, substrat dasar, gangguan manusia, serta risiko bencana alam. Ia juga menjelaskan pendekatan teknis seperti penggunaan struktur terumbu buatan, budidaya karang secara seksual, dan transplantasi karang yang disesuaikan dengan karakteristik lokal.

Sesi kedua dipandu oleh Dr. Syafyuddin Yusuf dan menghadirkan Prof. Wang Xuefeng dari GDOU yang membawakan materi tentang pengembangan marine ranching sebagai model baru dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Marine ranching dinilai mampu menggabungkan intervensi manusia dengan konservasi berkelanjutan melalui peningkatan stok ikan, restorasi habitat, dan pemantauan berbasis teknologi. Prof. Wang memaparkan praktik terbaik yang telah diterapkan di berbagai negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Tiongkok sendiri telah membangun lebih dari 300 lokasi marine ranching sejak 1979. Ia juga menyoroti program kolaborasi Sino-Indonesia yang telah berlangsung sejak 2022, termasuk pembangunan 240 unit terumbu buatan di wilayah Indonesia sebagai bagian dari pengembangan platform riset perikanan berkelanjutan. Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengadaptasi teknologi marine ranching dengan menyesuaikan pada karakter geografis, kondisi ekosistem, dan nilai-nilai budaya lokal.

Kegiatan pelatihan ini tidak hanya menjadi wadah transfer ilmu dan teknologi, tetapi juga memperkuat fondasi kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok dalam mengembangkan model marine ranching yang berkelanjutan. Ke depan, FIKP UNHAS berkomitmen untuk terus memperluas kolaborasi internasional dan berkontribusi aktif dalam pelestarian laut serta peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pendekatan ilmiah dan inovatif.

id_IDBahasa Indonesia