Rumput Laut merupakan komoditi perikanan yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir baik dalam skala global, regional dan lokal. Di Indonesia, Sulawesi Selatan merupakan produser rumput laut terbesar dan telah mendorong peningkatan ekonomi dan melibatkan partisipasi masyarakat yang sangat tinggi dalam industri rumput laut dari hulu hingga hilir. Namun demikian, budidaya rumput laut juga memiliki potensi masalah yang sangat tinggi terhadap issu lingkungan terutama dalam hal peningkatan jumlah sampah plastik di dalam ekosistem laut di masa depan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin menjalin kerjasama dengan Asia Livelihood Network dan Nishinippon Nichimo Co. untuk menjawab dan memberikan solusi terhadap tantangan dan permasalahan tersebut diatas. Pilihan kemitraan ini dipandang sangat tepat sebab Asia Livelihood Network, NGO Berbasis di Jepang memiliki banyak program terkait pemberdayaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta lingkungan di Asia dan Nishinippon Nichimo Co., merupakan Perusahaan Swasta di Jepang Bagian Barat yang memiliki bisnis utama produk-produk perikanan yang juga sangat konsen terhadap issu sosial, ekonomi, dan lingkungan serta keberlanjutan (sustainability).
Kick-off kerjasama ini ditandai dengan terselenggaranya Simposium Internasional bertema “Project for Reducing Marine Plastic and Promoting Recovery of Fishery Resources by Improving Rigging Techniques for Seaweed Farming in Sembilan Islands, Indonesia” pada tanggal 15 Januari 2024 di Ruang Sidang FIKP Universitas Hasanuddin. Bapak Dekan FIKP, Prof. Safruddin, S.Pi, M.Sc, PhD membuka simposium tersebut dan mengajak semua peserta baik offline dan online untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan dukungan yang nyata terhadap kerjasama ini sebab pengembangan rumput laut dan issu sampah plastik merupakan masalah yang sangat krusial untuk masa depan dunia. Sebagai “Keynote Lecture”, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. Muhammad Ilyas, M.Sc, IPU memaparkan “Kebijakan Pengembangan Rumput Laut dan Penguatan Ekonomi Biru di Sulawesi Selatan”. Selanjutnya, Fumiko Kawae, PhD, Chairwomen-Asia Livelihood Network menjelaskan skema kerjasama tersebut dan dilanjutkan dengan Mr. Satoshi Ikeda dan Mr. Syuichi Imai, yang memaparkan “Industri Perikanan di Jepang–Menyongsong Perikanan Berkelanjutan”. Pada Sesi “Invited Speakers”, Andi Amri, PhD–Dosen FIKP memaparkan “Budidaya Rumput Laut dan Masalah Sampah Plastik–Peluang Sosial-Ekonomi dan Tantangan Lingkungannya” dan dilanjutkan dengan Pemaparan dari Direktur MACCA Institute-NGO berbasis di Kabupaten Sinjai, Abdul Rahman, MA yang berbicara banyak tentang “Peningkatan Ekonomi Masyarakat serta Perikanan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan” dengan Studi Kasus Kepulauan Sembilan, Kabupaten Sinjai. Peserta simposium banyak memberikan masukan dan saran bukan hanya terkait materi simposium tetapi model kerjasama ini di masa depan.
Setelah simposium selesai, Tim Kerjasama–FIKP, Asia Livelihood Network dan Nishinippon Nichimo Co.– yang dipimpin oleh Andi Amri, PhD melanjutkan survei lokasi proyek dan tinggal bersama masyarakat selama 1 pekan di Desa Pulau Harapan, Pulau Kambuno Sinjai. Selama di lokasi, Tim berkeliling di Sembilan Pulau (4 Desa) mengindentifikasi permasalahan dan mencari alternatif-alternatif solusi terkait budidaya rumput laut, sampah plastik. perikanan berkelanjutan, dll. Kepala Desa Pulau Harapan–Mukrimin, S.Hi, Kepala SMK Negeri 4 Kab Sinjai–Baharuddin, S.Sos, SPdi, MSi., Aparat Kepolisian, serta seluruh masyarakat di Kepulauan Sembilan sangat mendukung program kerjasama ini. Program kerjasama ini akan berlangsung selama satu tahun dan akan dibiayai oleh Japan International Cooperation Agency (JICA). “Selama satu tahun, semoga didapatkan formula, inovasi, dan teknologi yang tepat dan solutif terhadap pengembangan budidaya rumput laut, sampah plastik dan perikanan berkelanjutan yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) serta bisa melibatkan stakeholders yang lebih luas, terutama dalam hal pendanaan untuk keberlanjutan program kerjasama ini di masa depan, dan kami sangat berharap model di Kepulauan Sembilan bisa diaplikasikan di tempat lain di seluruh wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia”, ungkap Andi Amri.