Bila tak ada aral melintang sejumlah peserta KKN, semua disiplin ilmu dari Univesritas Hasanuddin (UNHAS) menempatkan mahasiswanya di perbatasan Indonesia Sibatik, dengan Tawau Malaysia.  Program ini diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Univesitas Hasanuddin, Andi Niartiningsih, saat dijamu Bupati Nunukan, Basri, di ruang kerjanya, Selasa, 24 Januari 2012.

Didampingi dosen /peneliti Rijal Idrus Ningsi menambahkan, dipilihnya Sibatik yang merupakan batas Indonesia-Malaysia, tidak terlepas dari hasil penelitian rektor Unhas, saat melakukan penilitian yang saat itu sebagai seorang dokter. Ningsih juga mengatakan, dipilihnya Sibatik ini merupakan kali pertama yang dilakukan Univesitas di Indonesia, yang diawali dari UNHAS, bulan Maret depan, ” Banyak potensi yang belum tergarap, tapi justru potensi laut dan perikanan memerlukan kepedulian kita bersama,” jelasnya lagi.

Bupati Nunukan, Basri, dalam penerimaannya mengharapkan semoga program UNHAS ini benar-benar dapat membuka mata masyarakat kita di Sibatik. ” Terus terang saja, sudah keseringan masyarakat kita datang di Sibatik.

Tapi apa artinya, semuanya hanya janji semata, sehingga masyarakat sudah bosan dengan retorika-retorika baik menteri maupun DPR-RI,” kata Basri yang kelahiran Kabupaten Maros Sulsel 31 Juli 1966, sambil melirik ke kanan dimana Fajar dan Government Relations Manager Seputar Indoensia Feny Fitria, duduk .
Siapkan Penampungan TKI

Sementara persoalan TKI yang masih menjadi perbicangan dimana-mana, menurut bupati yang didampingi wakil Bupati Nunukan Hj Asmah Gani, yang juga ketua Satgas Pemulangan TKI di Nunukan, menambahkan, pihaknya (Pemkab Nunukan) sudah mempersiapkan penampungan TKI yang dideportasi dengan kemapuan 2000 – 3000 orang.

“Hanya saja, ketika mereka (TKI) tiba di Nunukan mereka lebih banyak dijemput orang mengaku keluarga, sehingga kami tidak bisa menghalangi mereka. Jadi yang tinggal dipenampungan mereka yang benar-benar tidak punya orang yang jemput dan TKI yang sakit dan gila,” tambah Bupati Nunukan.

Bahkan menurut Bupati, yang diayakan wakilnya, kalau ada TKI yang tertipu dari Bugis, pelakunya juga paling dari Bugis, dan begitu seterusnya, dari NTT, Timor dan Jawa. “Jadi sebenarnya yang membuat ulah dari mereka-mereka juga,” tambahnya, seraya mengatakan, dengan penyeragaman e-ktp, Nunukan yang pernah dijuluki pencetak KTP asal daerah lain, sudah tidak akan ada lagi karena pembuatan paspor nantinya akan memperlakukan e-KTP secara nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDBahasa Indonesia